Friday 30 May 2014

Menembus Hollywood



Film The Raid : Redemption dan The Raid 2 : Berandal yang dibintangi Iko Uwais menembus pasar dunia.  Tak hanya film Indonesia yang menjadi terangkat di mata dunia, namun seni bela diri silat juga ikut menjadi perhatian dunia.
The Raid  The Raid merupakan film Indonesia pertama yang masuk box office Amerika Serikat (AS) dan pernah bertengger pada urutan 11 sebagai film yang paling banyak ditonton di bioskop AS. Film yang menonjolkan beladiri asli Indonesia yakni Pencak Silat ini diputar di 875 bioskop di AS. 

Selain di AS, film ini juga diputar dibeberapa negara lainnya. The Raid telah menyabet 3 penghargaan bergengsi dunia, antara lain Cadillacs People’s Choice Award, Toronto International Film Festival 2011 dan The Best Film sekaligus Audience Award- Jameson Dublin International Film Festival.

Tak kalah dengan yang pertama, The Raid 2 : Berandal juga sukses  memikat penonton film Amerika. Memasuki musim ketiganya di box office Amerika Serikat, sekuel kedua The Raid berhasil mencetak hasil yang mengagumkan dengan menduduki peringkat 11.

Menanggapi tentang dirinya dan pencak silat yang kini terkenal di dunia, Iko dengan nada merendah mengatakan jika itu semua berkat Garet Evans, sutradara The Raid.

"Pencak silat nggak akan dikenal dunia tanpa dia. Kita semua khususnya gue, angkat topi sama Gareth. Dia nggak tahu Indonesia tapi mau mempelajari silat yang ada di Indonesia. Dia kupas semua tentang silat. Makanya dia buat film dia tahu pergerakan setiap shot dia perlihatkan segala angle dari seni tersebut. Dia lihat kekayaan dari silat," ungkap Iko.

Bagi Iko, Gareth merupakan sosok yang luar biasa dan menginspirasi. Dia juga banyak mengucapkan terimakasih kepada Gareth yang akhirnya membangkitkan lagi semangat Indonesia untuk mempelajari silat.

"Ini orang lain, kita nggak ada ikatan darah. Gue nggak kenal sama Gareth sama sekali awalnya, dia mau belajar silat dan mengangkat tentang silat. Gue hanya perantara. Kalo nggak ada The Raid silat pasti masih dipandang sebelah mata. Orang Indonesia mungkin tahu silat, tapi mana ada dunia tahu silat tanpa ada dia?” tanya Iko.

Iko menyampaikan bahwa sudah seharusnya masyarakat Indonesia lebih mencintai budaya sendiri. Seperti halnya Gareth, pria bule yang sangat mencintai Indonesia dengan segala budaya dan keindahannya.



Menembus Hollywood

Kepandaiannya Iko mengolah jurus bela diri pencak silat  membawanya ke industri perfilman terbesar dunia, Hollywood. 

Kesuksesan film The Raid membuat kepincut Hollywood untuk membuat ulang film ini. Alhasil, Iko pun diminta datang ke Hollywood untuk ikut berperan serta.

Iko memang menjadi lawan main sekaligus menjadi pelatih silat atau fighting choreographer  film besutan Hollywood. The Raid, film laga terbaru Iko, dibeli Sony Pictures, untuk di-remake dan diedarkan ke seluruh dunia.

Selain menjadi fighting choreographer, Iko juga dipercaya untuk bermain dalam film laga garapan sutradara Keanu Reeves berjudul Man Of Tai Chi. 

Menjadi fighting choreographer untuk film besutan Hollywood menjadi berkah tersendiri. Padahal tak sedikit nama-nama fighting choreographer tenar yang sudah mendunia di sana, tapi produser film Sony Pictures lebih memilih Iko.     

"Saya nggak tahu kenapa mereka memilih saya sebagai koreografer? Saya pernah tanya, kenapa nggak pilih Samo Hung yang sudah terkenal?” ujar Iko.

Sehari-hari Iko memang bekerja di rumah produksi yang membuat film-filmnya sebagai tim kreatif yang membuat koreografi silat untuk film-filmnya. Karena itu ia menolak menggunakan stunt-man untuk adegan perkelahian dalam filmnya. 

"Sayang, saya sudah buat koreografinya, tapi dimainkan orang lain. Lagi pula gerakan itu sudah menyatu dengan diri saya," katanya.

Akibat tak mau menggunakan stuntman, Iko harus menanggung resikonya, seperti badan lecet dan lebam-lebah. Bahkan ia pernah mengalami kecelakaan serius ketika latihan koreografi sebelum syuting; engsel lututnya lepas, ligamennya putus. 

"Lutut memang sangat rentan, walaupun sudah sembuh, gampang kena lagi," terang Iko sambil memperlihatkan lututnya.

"Tangan saya sampai lebam-lebam karena harus menangkis golok (property). Tapi karena adegan itu harus diulang sebanyak 15 kali di tempat yang sama, akibatnya pergelangan tangan saya bengkak,” kata Iko lagi.

Tapi itu adalah bagian dari resiko yang dipilih hanya sendiri. Karena bagi pria Betawi ini totalitas dalam menjalani profesi adalah hal yang penting.


Ahli Bela Diri yang Takut Kerupuk

Keahliannya dalam mengolah jurus silat, sudah tak diragukan lagi. Lawan tanding dengan siapapun ia tak akan mundur.  Namun begitu, Iko juga punya kelemahan. 

Iko pasti akan menyerah sebelum bertanding jika lawannya menggunakan kerupuk sebagai senjata untuk melawan Iko. Ya, iko mengaku takut dengan kerupuk. Ketakutan dengan kerupuk sudah muncul sejak Iko kecil. 

Menurutnya, ia sangat alergi dengan remah-remah kerupuk, bahkan harus menyiram air berulang kali untuk menghilangkan rasa gatalnya. 

"Kalau kena kulit rasanya gremet-gremet, geli dan gatal," ujar Iko. 

Meski agak aneh untuk seorang Iko yang pandai berkelahi, namun  Iko tak malu untuk mengatakan jika dirinya takut dengan kerupuk.

"Saya takut kerupuk sejak SMP. Enggak tahu kenapa," katanya.

Pengalaman Iko ini dalam dunia kesehatan dan psikologi disebut fobia makanan atau food phobia. Psikolog dari Ego State Therapy (EST) Indonesia, Dewi Dewo, menjelaskan fobia makanan adalah takut pada makanan tertentu. Penyebabnya, "Pengalaman trauma

No comments:

Post a Comment