Jago Silat membawa berkah bagi Iko Uwais. Lewat Silat, Iko menjadi bintang film laga ternama Indonesia. Bahkan sampai membawanya ke Hollywood. Iko juga disebut-sebut sebagai sosok yang berhasil membawa oleharaga pencak silat semakin mendunia. Siapa Iko? Berikut kisahnya
Sejak Kecil Sudah Berlatih Silat
Iko Uwais terlahir dengan nama asli Uwais Qorny, lahir di Jakarta 12 Februari 1983. Iko dibesarkan di lingkungan Betawi. Sejak berusia 10 tahun ia belajar seni bela diri tradisional Indonesia, pencak silat, di perguruan asuhan pamannya, Tiga Berantai, yang beraliran silat Betawi.
Seperti pria kebanyakan, Iko kecil senang bermain bola. Ia bahkan bercita-cita menjadi pemain sepak bola professional. Namun, nasib menentukan lain. Iko yang masuk dalam Liga B klub sepakbola Indonesia junior sebagai gelandang serang, harus mengubur impiannya menjadi bintang sepak bola setelah klub yang menaunginya bangkrut.
Justru, keahlian silatnya yang membawa namanya menuju popularitas. Keterampilannnya bermain silat telah memberinya kesempatan bepergian ke luar negeri dalam beberapa peragaan pencak silat di Inggris, Rusia, Laos, Kamboja, dan Perancis. Kini, bahkan ia menjadi idola setelah berhasil membintangi film Merantau dan The Raid, dan The Raid 2: Berandal.
Pandai bermain silat, Iko kerap ikut kejuaraan Pencak Silat. Pada tahun 2003, Iko meraih posisi ketiga pada turnamen pencak silat tingkat DKI Jakarta. Pada tahun 2005, ia menjadi pesilat terbaik dalam kategori demonstrasi pada Kejuaraan Silat Nasional. Dari silat pula, Iko sempat melanglang buana ke berbagai negara seperti Inggris, Rusia, Laos, dan Perancis.
Dari Sopir Menjadi Bintang
Sebelum bermetamorfosa menjadi bintang film dan Fighting Choreografer, Iko sudah mencoba berbagai profesi pekerjaan. Di tengah aktivitasnya sebagai pemain silat, Iko sempat bekerja sebagai seorang sopir truk di sebuah perusahaan provider telekomunikasi. Hal itu dilakukannya sebagai dari usahanya mencari uang.
Kemudian nasib baik menghampiri Iko ketika Gareth Evans, sutradara asal Wales, datang ke tempat latihan Iko bersama teman-teman seperguruannya. Gareth yang sedang membuat film dokumenter tentang pencak silat tertarik dengan profil Iko.
Saat merekam adegan demi adegan, Gareth merasakan kharisma alami Iko yang kuat di depan kamera, dibandingkan teman-temannya. "Entah, kenapa saat pengambilan gambar dan wawancara lensa kamera lebih sering mengarah ke saya," terang Iko
Tidak tanggung-tanggung, Gareth yang mulai mencintai pencak silat langsung melobi Iko untuk menjadi pemeran utama dalam film seni bela diri pertamanya yang menghadirkan pertarungan silat, Merantau.
Iko mengaku senang luar biasa, saat tawaran itu dipercayakan kepadanya. Apalagi, film yang diangkat tentang pencak silat. Merantau sendiri merupakan sebuah tradisi yang masih ada di Minang, Sumatra Barat, di mana seorang anak laki-laki yang menjelang dewasa wajib menjalankan ritual religi merantau ke pulau seberang untuk mencari jati dirinya.
Meski baru pertama kali terlibat akting, namun Iko mengaku tak begitu direpotkan dengan adegan action. Kesulitannya hanya menghafal logat Sumatera Barat, itu dia rasakan sulit sekali karena Ia orang Betawi asli
Semula Iko sempat bingung ketika akan menjalani syuting, namun Gareth meyakinkan untuk berakting menjadi diri sendiri. Kekhawatiran Iko semakin pupus ketika ia bertemu Christine Hakim, aktris yang berperan sebagai ibunya di film itu.
Christine, disebut Iko, banyak membimbingnya dalam soal acting. "Setiap ketemu dia selalu memeluk dan mencium pipi saya. Ia memperlakukan saya seperti anaknya sendiri, dan itu sangat bermanfaat ketika syuting dilakukan. Suasananya jadi tidak kaku, benar-benar seperti keluarga," kata Iko
No comments:
Post a Comment