Monday 25 August 2014

Kisah Hidup Putra Sang Fajar





17 Agustus 1945, Indonesia Merdeka. Ir. Soekarno merupakan sosok yang berperan penting  membawa kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Bersama Mohammad Hatta, dia dinobatkan  sebagai pahlawan proklamasi dan dinobatkan sebagai bapak Proklamator Republik Indonesia. Semasa menjabat menjadi Presiden, ia sangat disegani oleh para pemimpin negara-negara di dunia. Berikut kisah singkat Soekarno

Asal Nama Soekarno 

Soekarno atau kerap disapa Bung Karno dilahirkan pada tanggal 6 Juni 1901 dengan nama Kusno Sosrodihardjo. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo, seorang guru di Surabaya, Jawa Timur. Ibunya bernama Ida Ayu Nyoman Rai berasal dari Buleleng, Bali. Karena sering sakit-sakitan, ketika berumur lima tahun, namanya diubah menjadi Soekarno oleh ayahnya. Nama tersebut diambil dari seorang panglima perang dalam kisah Bharata Yudha yaitu Karna. Nama Karna menjadi Karno karena dalam bahasa Jawa huruf a berubah menjadi o.  



Di kemudian hari ketika menjadi presiden, ejaan nama Soekarno diganti olehnya sendiri menjadi Sukarno karena menurutnya nama tersebut menggunakan ejaan penjajah (Belanda).  Ia tetap menggunakan nama Soekarno dalam tanda tangannya karena tanda tangan tersebut adalah tanda tangan yang tercantum dalam Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang tidak boleh diubah, selain itu tidak mudah untuk mengubah tanda tangan setelah berumur 50 tahun.

Di luar negeri, Soekarno juga dikenal dengan nama  Achmed Soekarno. Di beberapa negara Barat, nama Sukarno kadang-kadang ditulis Achmed Soekarno. Hal ini pun terjadi di beberapa Wikipedia, seperti wikipedia bahasa Denmark dan bahasa Spanyol. Entah bagaimana awal mulanya. Yang pasti banyak versi dalam penambahan nama Achmed untuk Sukarno. 

Pendidikan Soekarno 

Ketika kecil, Soekarno tinggal bersama kakeknya di Tulungagung, Jawa Timur. 
Ia bersekolah pertama kali di Tulung Agung hingga akhirnya ia pindah ke Mojokerto, mengikuti orangtuanya yang ditugaskan di kota tersebut. Di Mojokerto, ayahnya memasukan Sukarno ke Eerste Inlandse School, sekolah tempat ayahnya bekerja. Kemudian pada Juni 1911, Sukarno dipindahkan ke Europeesche Lagere School (ELS) untuk memudahkannya diterima di Hoogere Burger School (HBS).

Pada tahun 1915, disaat Soukarno berusia 14 tahun, ia melanjutkan sekolah ke HBS di Surabaya, Jawa Timur. Ia dapat diterima di HBS atas bantuan seorang kawan bapaknya yang bernama H.O.S. Tjokroaminoto. Tjokroaminoto bahkan memberi tempat tinggal bagi Sukarno di pondokan kediamannya.
Di Surabaya, Soekarno banyak bertemu dengan para pemimpin Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin Tjokroaminoto saat itu, seperti Alimin, Musso, Dharsono, Haji Agus Salim, dan Abdul Muis.

Soekarno kemudian aktif dalam kegiatan organisasi pemuda Tri Koro Dharmo yang dibentuk sebagai organisasi dari Budi Utomo. Nama organisasi tersebut kemudian ia ganti menjadi Jong Java (Pemuda Jawa) pada 1918. Selain itu, Sukarno juga aktif menulis di harian "Oetoesan Hindia" yang dipimpin oleh Tjokroaminoto.

Tamat HBS, bulan Juli 1921, bersama Djoko Asmo rekan satu angkatan di HBS, Sukarno melanjutkan ke Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB) dengan mengambil jurusan teknik sipil.
Setelah dua bulan dia meninggalkan kuliah, tetapi pada tahun 1922 mendaftar kembali dan tamat pada tahun 1926. Sukarno dinyatakan lulus ujian insinyur pada tanggal 25 Mei 1926 dan pada Dies Natalis ke-6 TH Bandoeng tanggal 3 Juli 1926, dia diwisuda bersama delapan belas insinyur lainnya.

Saat di Bandung, Soekarno tinggal di kediaman Haji Sanusi yang merupakan anggota Sarekat Islam dan sahabat karib Tjokroaminoto. Di sana ia berinteraksi dengan Ki Hajar Dewantara, Tjipto Mangunkusumo, dan Dr. Douwes Dekker, yang saat itu merupakan pemimpin organisasi National Indische Partij.




Setelah lulus, pada tahun 1926, Sukarno mendirikan biro insinyur bersama Ir. Anwari. Mereka banyak mengerjakan rancang bangun bangunan. Selanjutnya bersama Ir. Rooseno juga merancang dan membangun rumah-rumah dan jenis bangunan lainnya. Ketika dibuang di Bengkulu menyempatkan merancang beberapa rumah dan merenovasi total masjid Jami' di tengah kota.

Semasa menjabat sebagai presiden, ada beberapa karya arsitektur yang dipengaruhi atau dicetuskan oleh Sukarno.  Beberapa karya dipengaruhi oleh Sukarno antara lain Masjid Istiqlal, Monumen Nasional, Gedung Conefo, Gedung Sarinah, Wisma Nusantara, Hotel Indonesia 1962, Tugu Selamat Datang, Monumen Pembebasan Irian Barat,  Patung Dirgantara,  Rancangan skema Tata Ruang Kota Palangkaraya yang diresmikan pada tahun 1957.

Tahun 1955 Ir. Soekarno menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan sebagai seorang arsitek, Soekarno tergerak memberikan sumbangan ide arsitektural kepada pemerintah Arab Saudi agar membuat bangunan untuk melakukan sa’i menjadi dua jalur dalam bangunan dua lantai. Pemerintah Arab Saudi akhirnya melakukan renovasi Masjidil Haram secara besar-besaran pada tahun 1966, termasuk pembuatan lantai bertingkat bagi umat yang melaksanakan sa’i menjadi dua jalur dan lantai bertingkat untuk melakukan tawaf.

No comments:

Post a Comment