Wednesday, 19 March 2014

Kisah Hidup Sang Jenderal Kopasus



Tahun 2014, Prabowo Subianto maju sebagai kandidat calon Presiden Indonesia lewat partai bentukannya, Gerindra (Gerakan Indonesia Raya). Pengusaha, politisi, dan mantan Danjen Kopassus ini sebelumnya pada tahun 2004 dan 2009, namanya masuk dalam kandidat calon Presiden. Siapa Prabowo? Berikut kisah  singkat mengenai sosok Prabowo

Memilih ikut Akmil Ketimbang Kuliah

Letnan Jenderal (Purn) Prabowo Subianto dilahirkan pada tanggal 17 Oktober 1951. Prabowo Subianto merupakan anak dari pakar Ekonomi Indonesia pada zaman Soekarno dan Soeharto  yaitu Prof Soemitro Djojohadikusumo.
Prabowo juga merupakan cucu dari Pendiri Bank Indonesia dan juga anggota BPUPKI untuk kemerdekaan Indonesia yaitu Raden Mas Margono Djojohadikusumo. 

Ia memiliki dua orang kakak perempuan yang bernama Bintianingsih dan Mayrani Ekowati, serta satu orang adik laki-laki yang kini menjadi seorang pengusaha handal yang bernama Hashim Djojohadikusumo. 
Setelah menamatkan setingkat sekolah menengah atas, Prabowo yang mendapat tawaran kuliah di Goerge Wahington University (GWU), menolak dan memilih untuk masuk Akademi Militer.





Seperti dikutip dalam memoar Prabowo, dirinya memilih Akademi Militer ketimbang kuliah di universitas ternama di Amerika adalah karena ingin menjadi pejuang.
"Ayah berikan saya nama Subianto. Seorang pejuang. Saya juga ingin menjadi seorang pejuang. Saya ingin membela negara saya. Jika perlu darah saya untuk merah putih," 
Prabowo mengawali karier militernya pada tahun 1970 dengan mendaftar di Akademi Militer Magelang dan lulus pada tahun 1974 bersamaan dengan Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Republik Indonesia masa jabatan 2004-2009 dan 2009-2014. 

Karier Militer
Pada tahun 1976, Prabowo bertugas sebagai Komandan Pleton Para Komando Grup I Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha) sebagai bagian dari operasi Tim Nanggala di Timor Timur. Saat itu dia berumur 26 tahun dan merupakan komandan termuda dalam operasi Tim Nanggala. Prabowo memimpin misi untuk menangkap Nicolau dos Reis Lobato, wakil ketua Fretilin yang pada saat itu juga menjabat sebagai Perdana Menteri pertama Timor Timur. Dengan tuntunan Antonio Lobato yang merupakan adik Nicolau Lobato, kompi Prabowo menemukan Nicolau Lobato di Maubisse, lima puluh kilometer di selatan Dili. Nicolau Lobato tewas setelah tertembak di perut saat bertempur di lembah Mindelo pada tanggal 31 Desember 1978. 

Pada tahun 1983, Prabowo dipercaya sebagai Wakil Komandan Detasemen 81 Penanggulangan Teroris (Gultor) Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Setelah menyelesaikan pelatihan Special Forces Officer Course di Fort Benning, Amerika Serikat, Prabowo diberi tanggungjawab sebagai Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara.
Salah satu pencapaian Prabowo saat menjadi pimpinan Kopassus adalah Operasi Pembebasan Sandera Mapenduma. Saat itu, 12 peneliti disekap oleh Organisasi Papua Merdeka. 



Pada tanggal 26 April 1997, Tim Nasional Indonesia ke Puncak Everest berhasil mengibarkan bendera merah putih di puncak tertinggi dunia setelah mendaki melalui jalur selatan Nepal. Tim yang terdiri dari anggota Kopassus, Wanadri, FPTI, dan Mapala UI ini diprakarsai oleh Komandan Jendral Kopassus, Mayor Jendral TNI Prabowo Subianto. Ekspedisi dimulai pada tanggal 12 Maret 1997 dari Phakding, Nepal.

Keberhasilan ekspedisi ini menjadikan Indonesia negara pertama dari kawasan tropis, sekaligus juga negara di Asia Tenggara pertama yang mencatat sukses menggapai puncak Everest.
"Waktu itu kita mendengar bahwa Malaysia sudah mencanangkan akan mengibarkan bendera kebangsaan mereka pada tanggal 10 Mei 1997. Saya tidak rela bangsa Indonesia, sebagai bangsa 200 juta jiwa, harus kalah dengan bangsa lain di kawasan kita. Karena mencapai puncak tertinggi di dunia sudah menjadi salah satu tonggak ukuran prestasi suatu bangsa" tulis Prabowo dalam buku 'Di Puncak Himalaya Merah Putih Kukibarkan'. 
Selama di militer, Prabowo meraih banyak penghargaan seperti Penghargaan Bintang Kartika Eka Paksi Nararya, Satyalancana Kesetiaan XVI, Satyalancana Seroja Ulangan–III, Satyalancana Raksaka Dharma, Satyalancana Dwija Sistha, Satyalancana Wira Karya, The First Class The Padin Medal Ops Honor, dan Bintang Yudha Dharma Nararya.

No comments:

Post a Comment