Pengusaha yang juga Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa diusung Partai Amanat Nasional (PAN) untuk bertarung merebut kursi Presiden 2014. Siapa Hatta rajasa, Berikut kisah singkatnya.
Jejak Sukses Hatta Rajasa
Hatta Rajasa lahir di Palembang, 18 Desember 1953. Ia merupakan sosok pengusaha dan CEO sukses yang kemudian berkonsentrasi menjadi politisi. Dalam kariernya sebagai politisi, jabatan penting di Partai, legislatif, dan eksekutif diembannya dengan baik. Empat jabatan menteri dipegangnya seperti Menristek, Menhub, Mensesneg, dan kini Menko Perekonomian.
Dalam Partai, ia menjabat sebagai ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional untuk masa jabatan 2010-2015.
Hatta Rajasa menceritakan kisah perjalanan hidupnya saat menjadi pengusaha. Hatta mengaku sering merasakan jatuh bangun sebagai seorang pengusaha.
Ia terlahir dan dibesarkan di suatu kampung di provinsi Sumatera Selatan. Dia dibesarkan di tengah keluarga besar dari 12 bersaudara. Selama masa kecilnya, Hatta mengaku sering dimotivasi oleh sang ibunda.
"Ibu saya memotivasi itu sangat. Yang bisa mengubah nasib ini adalah bukan orang lain tapi dirimu sendiri, yang bisa mengubah adalah pendidikan. Kalau pendidikan tidak baik, engkau akan tersisih. Itu yang dikatakan oleh ibu kepada saya," kata Hatta
Kisah perjuangan kariernya berawal setelah dia lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) dan bertolak ke Bandung untuk melanjutkan pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB).
"Saya belum pernah ke Bandung sebelumnya. Bisa dikatakan waktu itu ke Bandung istilahnya tembak langsung," kata Hatta.
Pada saat itu, ibunya kembali berpesan seraya membekalkan sebuah kalung kepadanya. "Jangan sampai kamu nggak jadi orang dengan kalung ini. Di Bandung ini bisa menjadi orang besar, Presiden Soekarno pun sekolah di Bandung," kata Hatta menirukan apa yang sempat disampaikan sang ibunda
Singkat cerita, akhirnya Hatta menimba ilmu di ITB dengan salah satu jurusan yang bergerak di bidang perminyakan.
Pada saat itu, tepatnya tahun 1978, Hatta mengikuti salah satu organisasi kerohanian di Masjid Salman ITB. Di tempat itu pula, dia bertemu dengan tiga orang temannya, dan berencana untuk membuat suatu perusahaan.
"Tekad saya untuk menjadi wirausahawan luar biasa. Tahun 1978 saya bersama teman teman, ayo kita bikin perusahaan. Lalu kami dikasih oleh Pak Ahmad Nukma (pengurus masjid) Rp 12.500 untuk modal. Persis seperti uang kiriman yang saya dapat dari orang tua," lanjutnya.
Diungkapkan Hatta, akhirnya dia bersama kawan-kawannya bertolak ke Jakarta untuk mencari sebuah pekerjaan terlebih dahulu. Dari situlah, dia mengaku mengalami sulitnya mencari sebuah pekerjaan.
"Dari kantor ke kantor kami ketuk pintu, tanya: 'ada kerjaan nggak'. 'Tidak ada'. Bulan pertama, bulan kedua, bulan ketiga gerak lagi," katanya.
Akhirnya, Hatta bersama kawan-kawannya menemukan titik terang. Pada saat itu, dia bertemu dengan kawan lamanya yang merupakan senior kuliahnya yang bekerja di sebuah perusahaan minyak dan gas.
"Jalan lagi kami datanglah ke Lemigas, ada alumni kami di situ, namanya Rahmad Sudibyo. Kami tanya ada kerjaan nggak? Kebetulan ada. Kami mengerjakan pekerjaan dari kertas yang sangat tebal. Harus selesai selama 3 bulan," lanjutnya.
Tak pikir panjang mengenai bayaran, Hatta bersama kawan-kawannya langsung mengerjakan pekerjaan yang diberikan. Dan karena semangatnya, pekerjaan itu dapat diselesaikan selama 2 bulan, atau lebih cepat 1 bulan dari yang dipersyaratkan.
"Kita nggak nanya, siap langsung kerja, 2 bulan selesai," katanya.
Setelah selesai, lanjut Hatta, dia langsung menyerahkan pekerjaan itu, dan alangkah kagetnya Hatta saat mengetahui bayaran dari pekerjaan yang diselesaikan bersama kawan-kawannya itu.
"Saya tanya bayarannya berapa? Lalu dia bilang "Ini kerjaan bagus, bayarannya US$ 21.000," katanya.
"Mau pingsan kami berempat. Biasanya dapat kiriman Rp 12.500," imbuh Hatta.
Hatta berpesan, untuk mencapai sukses, kunci utama ialah semangat dan kemauan yang keras dalam bekerja. "Kalau saya orang kampung yang hanya dibekali doa. Kalau saya bisa lakukan itu, saudara lebih bisa lagi," kata Hatta.
No comments:
Post a Comment