Saturday, 29 March 2014

PAN Legowo jika Hatta Rajasa Hanya Jadi Cawapres



Jokowi diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menjadi calon Presiden pada Pemilu 2014.  Hatta Rajasa, Ketua Partai Amanat Nasional yang diamanatkan partainya menjadi calon Presiden, mengakui kekuatan Joko Widodo, tak terbendung.Menurut Hatta, apa yang menjadi ancaman bisa menjadi kesempatan. Apakah ini artinya Partai Amanat Nasional akan berkoalisi dengan PDIP?
 “Berada di luar atau di dalam pemerintahan sama saja. Yang penting Partai Amanat Nasional tidak kehilangan peran,” kata Hatta Rajasa seperti dikutip Tempo.

Menurut Hatta, partainya sejauh ini masih melakukan komunikasi politik. Hal itu untuk kemajuan Indonesia, bukan untuk kepentingan golongan atau kelompok. Untuk itu PAN, katanya, terbuka berkoalisi dengan partai politik mana pun.
“Saya berfokus pada pemilihan legislatif (9 April 2014). Sasaran kami: satu daerah pemilihan satu kursi. Jadi 77 kursi. It’s not easy, very hard to get it,” ucapnya.

Sementara itu, sejumlah pengurus Partai Amanat Nasional (PAN) rupanya tak keberatan jika Ketua Umum Hatta Rajasa hanya diusung sebagai calon wakil presiden untuk mendampingi calon presiden dari partai lain pada pemilihan umum presiden mendatang.
Padahal sebelumnya partai berlambang matahari itu telah memproyeksikan Menteri Koordinator Perekonomian tersebut untuk maju sebagai calon presiden.
"Kami legowo jika akhirnya nanti Pak Hatta hanya diusung sebagai cawapres dengan partai lain," kata pengurus DPP PAN.

Menurut Hanafi, proyeksi  pencalonan Hatta Rajasa sebagai wakil presiden akhirnya diterima kalangan internal partai setelah mengamati pandangan dan kajian lembaga survei. Dari hasil sejumlah survei, politikus berambut putih tersebut ternyata memiliki nilai jual lebih tinggi sebagai cawapres dibanding capres. Hatta disebut sebagai cawapres paling ideal  bagi Joko Widodo (Jokowi), capres dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.




Meski Hatta disebut cocok dipasangkan dengan Jokowi, Ahmad mengatakan partainya belum berkomunikasi lebih lanjut dengan PDIP mengenai pemasangan keduanya. Salah satu alasannya, PAN melihat calon presiden Partai Gerindra, Prabowo Subianto, memiliki kekuatan besar untuk menang sebagai RI-1.
"Jadi kami masih fifty-fifty sekarang, apakah nanti dengan Prabowo atau Jokowi lebih tepatnya (Hatta) dipasangkan agar menang," kata dosen Jurusan Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada itu.

Menurut Hanafi, partainya pun masih memiliki opsi lain, yakni mengusung Hatta sebagai calon presiden dengan cara membentuk koalisi sendiri. "Namun, agar layak, perolehan kursi pemilu legislatif PAN harus memadai, setidaknya 80 kursi di parlemen pusat, agar layak membangun koalisi sendiri," katanya.
Dalam kampanye terbuka itu, pengusungan Hatta sebagai calon wakil presiden juga menjadi bahan orasi para juru kampanye. Ketua Dewan Pimpinan Daerah PAN Kota Yogyakarta Heru Purwadi, misalnya, mengajak massa dan simpatisan PAN mendukung Hatta maju sebagai cawapres. 

Baliho bergambar Hatta Rajasa yang dipasang dalam kampanye terbuka itu pun tak menyematkan kata "capres". Di samping foto Hatta, terdapat tulisan: "Inilah Calon Pemimpin Indonesia". 



Friday, 28 March 2014

Tegas dalam Menentukan Sikap



Ketika masih duduk di bangku kuliah, Hatta Rajasa aktif dalam kegiatan kemahasiswaan. Ia sempat menjabat sebagai wakil kepala Himpunan Mahasiswa Teknik Perminyakan ITB, Senator Mahasiswa ITB, dan aktivis Masjid Salman, Bandung.  

Ia menamatkan sarjananya sebagai Insinyur Teknik Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB) angkatan 1973. Kemudian Setamat dari Jurusan Teknik Perminyakan, bersama teman-temannya Hatta merintis usaha sampai memiliki beberapa badan usaha yang berkerjasama dengan perusahaan asing dan Pertamina.

Sejak tahun 1982 sampai 2000 ia menjabat Presiden Direktur Arthindo. Sebelumnya, ia menjabat Wakil Manager teknis PT. Meta Epsi, perusahaan pengeboran minyak.

Tegas dalam Menentukan Sikap

Sikap tegas dalam diri Hatta bisa tergambar disaat dirinya memutuskan bergabung dengan partai politik.  Semua kegiatan usaha dan jabatan penting dalam perusahann dihentikan. Hatta benar-benar ingin konsentrasi di satu bidang. “Karena itu sifat saya. Kalau saya berusaha (bisnis), saya tidak mau bercampur dengan kegiatan lain. Begitu juga ketika masuk partai politik, saya konsentrasi dan juga tidak mau mencampur-baurkannya dengan usaha yang lain,” katanya.

Keputusan yang bisa dibilang sulit sekali disaat sudah mapan dalam karier usaha memilih jalur yang berbeda. Namun beruntung ia memiliki istri yang selalu mendukung penuh segala keputusannya. Hatta mengaku perjalanan kariernya dipengaruhi besar oleh dukungan keluarga, terutama isteri, Drg. Oktiniwati Ulfa Dariah atau kerap disapa okke Rajasa dan anak-anaknya.

Ketika memilih untuk terjun ke politik, anak-anaknya masih kecil. Putra terbesarnya saat itu baru tamat SMP mau ke SMA. Ketika mengambil keputusan itu, ia berdialog panjang dengan keluarga. Suatu hal yang tidak mudah baginya karena memilih memasuki dunia yang lain sama sekali. Hatta mengaku tidak gampang meyakinkan keluarganya. Ia pun harus berpikir mempersiapkan hasil-hasil usahanya itu untuk kepentingan keluarga.


Antara Masa Lalu Dan Kini

Sebelum masuk PAN, ia tidak pernah berpolitik praktis. Karena tidak ada kesempatan sesuai iklim politik pada zaman orba. Padahal ketika mahasiswa, ia menyenangi bidang tersebut. Sehingga ketika Amien Rais menggerakkan reformasi, ia pun sudah mulai ikut aktif.

Saat itu, ia menjadi ketua Ikatan Alumni ITB cabang Jakarta. Di PAN, pada mulanya ia menjabat Ketua Departemen Sumber Daya Alam dan Energi. Kemudian, setelah kongres I, ia terpilih menjadi Sekjen. Pada Pemilu 1999, ia pun terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan anggota Majelis Permusyawaratan. Kini ia menjabat sebagai Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional.

Menurut Hatta, ada perbedaan yang mencolok antara masa lalu ketika ia sebagai aktivis, dengan zaman sekarang. Di masa lalu menjadi aktivis itu berarti menjadi musuh pemerintah.  Pengalamannya pada saat menjadi aktivis masa lalu itu pun membentuk kepribadiannya bahwa setiap orang tidak boleh takut mengatakan sebuah kebenaran.


Thursday, 27 March 2014

Jejak Sukses Hatta Rajasa




Pengusaha yang juga Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa diusung Partai Amanat Nasional (PAN) untuk bertarung merebut kursi Presiden 2014. Siapa Hatta rajasa, Berikut kisah singkatnya.

Jejak Sukses Hatta Rajasa

Hatta Rajasa lahir di Palembang, 18 Desember 1953. Ia merupakan sosok pengusaha dan CEO sukses yang kemudian berkonsentrasi menjadi politisi. Dalam kariernya sebagai politisi, jabatan penting di Partai, legislatif, dan eksekutif diembannya dengan baik.  Empat jabatan menteri dipegangnya seperti Menristek, Menhub, Mensesneg, dan kini Menko Perekonomian.
Dalam Partai, ia menjabat sebagai ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional untuk masa jabatan 2010-2015.

Hatta Rajasa menceritakan kisah perjalanan hidupnya saat menjadi pengusaha. Hatta mengaku sering merasakan jatuh bangun sebagai seorang pengusaha.
Ia terlahir dan dibesarkan di suatu kampung di provinsi Sumatera Selatan. Dia dibesarkan di tengah keluarga besar dari 12 bersaudara. Selama masa kecilnya, Hatta mengaku sering dimotivasi oleh sang ibunda.
"Ibu saya memotivasi itu sangat. Yang bisa mengubah nasib ini adalah bukan orang lain tapi dirimu sendiri, yang bisa mengubah adalah pendidikan. Kalau pendidikan tidak baik, engkau akan tersisih. Itu yang dikatakan oleh ibu kepada saya," kata Hatta




Kisah perjuangan kariernya berawal setelah dia lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) dan bertolak ke Bandung untuk melanjutkan pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB).
"Saya belum pernah ke Bandung sebelumnya. Bisa dikatakan waktu itu ke Bandung istilahnya tembak langsung," kata Hatta.

Pada saat itu, ibunya kembali berpesan seraya membekalkan sebuah kalung kepadanya. "Jangan sampai kamu nggak jadi orang dengan kalung ini. Di Bandung ini bisa menjadi orang besar, Presiden Soekarno pun sekolah di Bandung," kata Hatta menirukan apa yang sempat disampaikan sang ibunda
Singkat cerita, akhirnya Hatta menimba ilmu di ITB dengan salah satu jurusan yang bergerak di bidang perminyakan. 

Pada saat itu, tepatnya tahun 1978, Hatta mengikuti salah satu organisasi kerohanian di Masjid Salman ITB. Di tempat itu pula, dia bertemu dengan tiga orang temannya, dan berencana untuk membuat suatu perusahaan.
"Tekad saya untuk menjadi wirausahawan luar biasa. Tahun 1978 saya bersama teman teman, ayo kita bikin perusahaan. Lalu kami dikasih oleh Pak Ahmad Nukma (pengurus masjid) Rp 12.500 untuk modal. Persis seperti uang kiriman yang saya dapat dari orang tua," lanjutnya.

Diungkapkan Hatta, akhirnya dia bersama kawan-kawannya bertolak ke Jakarta untuk mencari sebuah pekerjaan terlebih dahulu. Dari situlah, dia mengaku mengalami sulitnya mencari sebuah pekerjaan.
"Dari kantor ke kantor kami ketuk pintu, tanya: 'ada kerjaan nggak'. 'Tidak ada'. Bulan pertama, bulan kedua, bulan ketiga gerak lagi," katanya.

Akhirnya, Hatta bersama kawan-kawannya menemukan titik terang. Pada saat itu, dia bertemu dengan kawan lamanya yang merupakan senior kuliahnya yang bekerja di sebuah perusahaan minyak dan gas.
"Jalan lagi kami datanglah ke Lemigas, ada alumni kami di situ, namanya Rahmad Sudibyo. Kami tanya ada kerjaan nggak? Kebetulan ada. Kami mengerjakan pekerjaan dari kertas yang sangat tebal. Harus selesai selama 3 bulan," lanjutnya.



Tak pikir panjang mengenai bayaran, Hatta bersama kawan-kawannya langsung mengerjakan pekerjaan yang diberikan. Dan karena semangatnya, pekerjaan itu dapat diselesaikan selama 2 bulan, atau lebih cepat 1 bulan dari yang dipersyaratkan.
"Kita nggak nanya, siap langsung kerja, 2 bulan selesai," katanya.

Setelah selesai, lanjut Hatta, dia langsung menyerahkan pekerjaan itu, dan alangkah kagetnya Hatta saat mengetahui bayaran dari pekerjaan yang diselesaikan bersama kawan-kawannya itu.
"Saya tanya bayarannya berapa? Lalu dia bilang "Ini kerjaan bagus, bayarannya US$ 21.000," katanya.
"Mau pingsan kami berempat. Biasanya dapat kiriman Rp 12.500," imbuh Hatta.

Hatta berpesan, untuk mencapai sukses, kunci utama ialah semangat dan kemauan yang keras dalam bekerja. "Kalau saya orang kampung yang hanya dibekali doa. Kalau saya bisa lakukan itu, saudara lebih bisa lagi," kata Hatta.

Tuesday, 25 March 2014

Alasan Hanura Dukung Wiranto dan Hary Tanoesudibjo Sebagai Pasangan Capres dan Cawapres





Partai Hanura mendeklarasikan pasangan Wiranto-Hary Tanoesudibjo sebagai calon presiden dan wakil presiden untuk pemilu tahun 2014 pada Selasa, 2 Juli 2013.

Pilihan terhadap Hary Tanoe, menurut Wakil Sekretaris Jenderal Hanura Saleh Husin, karena salah satu raja media itu mempunyai citra yang bagus, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia.
"Setelah Pak HT (Hary Tanoe) masuk, elektabilitas partai naik," kata Saleh.

Meski Hary baru berkiprah di kancah politik, Saleh menampik jika bos MNC itu tidak mampu bersaing. Dia mencontohkan Wakil Presiden Boediono yang berlatar belakang sebagai birokrat tapi mampu meraup banyak suara. Hanura sudah memperhitungkan elektabilitas Hary melalui survei internal.

Selain itu, kata Saleh, Hary pasangan ideal untuk mendampingi Wiranto. "Formasinya militer-sipil, angkatan tua dengan muda," kata Saleh.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Hanura Yudi Chrisnandi menyatakan bahwa pertimbangan dan keputusan memilih Hary Tanoesoedibjo sepenuhnya kewenangan Wiranto. “Pak Wiranto sudah merasa cocok dengan pilihannya, dan partai tinggal mendukung,” kata Yudi.

Ia mengatakan keputusan Wiranto memilih Hary Tanoe merupakan yang terbaik pada saat ini. Namun, Yuddy mengakui politik adalah hal yang bersifat dinamis.
"Akan ada perkembangan ke depan, kalau capres kan tidak, kan sudah lewat Rapimnas," tuturnya.
Ketika ditanyakan apakah pasangan tersebut akan terpecah bila Hanura tidak bisa meraih 20 persen suara seperti yang dipersyaratkan dalam presidential treshold, Yuddy mengaku belum dapat menjawabnya. Ia mengatakan Hanura sedang berkonsentrasi pada pemilu legislatif.

"Sekarang sedang fokus pada pileg, hasil dari pileg yang akan menentukan posisi Partai Hanura apakah tetap satu pasangan secara bersama-sama atau memerlukan koalisi baru menurunkan siapa pasangannya," kata Yuddi.
Menurut Yuddy, koalisi tersebut sangat terbuka dengan prioritas utamat calon presiden adalah Ketua Umum Hanura Wiranto. "Yang lain pelengkap," imbuhnya.

Yuddy mengatakan pemilihan Hary Tanoe sebagai calon wakil presiden sebagai penyemangat ketika kader mendesak Wiranto memilih pendampingnya.
"Saat ini banyak mendesak kepada partai siapa pasangan Pak Wiranto sebagai capres, saat ini yang terbaik beliau memutuskan Hary Tanoe, visi misi sama, sinergi besar melipatkandakan kemenangn pemilu. Kalau 20 persen ya lanjut, kalau engga ya koalisi," ungkapnya


Janji Wiranto

Kembali mencalonkan diri sebagai presiden, Wiranto  menegaskan tidak tergoda dengan kemilau Istana, tetapi untuk memperbaiki nasib rakyat.

"Saya bersedia bukan karena tergoda dengan fasilitas Istana. Saya sudah bosan dengan fasilitas kepresidenan," ujarnya.

Wiranto pernah tiga tahun menjadi ajudan presiden. Dalam masa itu, seluruh fasilitas kepresidenan mulai dari mobil sampai hotel tempat menginap RI-1 ikut dia nikmati. "Bukan itu yang saya cari," ujarnya.

Wiranto ingin mendapatkan otoritas dan kewenangan untuk membuat kebijakan yang membela rakyat. Dia ingin menjadi pemimpin yang dapat membuat perubahan. Perubahan, kata dia, sudah dimulainya di internal Partai Hanura. Partai politik berwarna oranye hitam ini dikenal sebagai partai bersih dari korupsi.

"Saya gemas dan marah dengan korupsi yang merajalela," kata WIranto yang mengaku telah memecat beberapa kadernya saat terlibat korupsi.
"Jaga nama baik partai dari korupsi dengan mengedepankan hati nurani,"
Untuk bisa menang dalam Pemilu 2014, Wiranto membagikan tips kepada kader partainya yang berisikan 5 hal. "Ketakwaan, kemandirian, kerakyatan, kesederhanaan, dan kepedulian. Rebut hati rakyat, karena di sana kunci mendapatkan kepercayaan kemenangan," katanya.

Monday, 24 March 2014

Tiga Kali Menjadi Kadidat Presiden



Ditahun 2004 Jenderal ( Purn ) Wiranto maju sebagiai Capres setelah memenang konvesi partai Golkar. Dengan persaingan yang begitu ketat akhirnya mantan Panglima TNI ini, belum bisa merebut hati masyarakat Indonesia untuk dipilih menjadi Presiden di Republik ini.


Mencalonkan Jadi Presiden Tahun 2004

Setelah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Menkopolkam, Wiranto masuk konvensi partai Golkar untuk calon presiden tahun 2004.
Saat itu Wiranto harus bersaing dengan sejumlah nama besar seperti Aburizal Bakrie, Sultan Hamengkubowono IX, Prabowo, Akbar Tanjung, Jusuf Kalla, Surya paloh, Tuti Alawiyah, Nurullah Marzuki,  dan Theo Sambuaga.
Dari nama itu menyisakan Akbar Tanjung, Prabowo, Aburizal Bakrie, dan Sultan Hamengkubowono IX. 

Pada putaran pertama konvensi, Akbar Tandjung unggul. Namun pada putaran kedua, Wiranto unggul.
Wiranto akhirnya yang menjadi calon presiden dari partai Golkar.
sayangnya, bersama pasangan kandidat wakil Presiden Salahuddin Wahid atau Gus Solah, langkahnya terganjal pada babak pertama karena menempati urutan ketiga dalam pilpres 2004




Jadi Calon Wakil Presiden di Pemilu 2009

Pada 21 Desember 2006, Wiranto mendeklarasikan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) dan tampil sebagai ketua umum partai. Deklarasi partai dilakukan di Hotel Kartika Chandra, Jakarta dan dihadiri ribuan orag dari berbagai kalangan. 

Pada tahun 2007, ia menyatakan kesiapannya untuk kembali berhadapan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pemilu 2009.
Setelah Pemilu Legislatif 2009, tepatnya pada 1 Mei 2009, Wiranto bersama Jusuf Kalla mengumumkan pencalonan sebagai pasangan Capres dan Cawapres. Jusuf Kalla sebagai calon Presiden dan   Wiranto sebagai calon wakil Presiden. Jusuf kalla diusung partai Golkar dan Wiranto diusung partai Hanura. Pasangan ini menjadi pasangan yang pertama mendaftar di KPU.

Sunday, 23 March 2014

Kisah Hidup Jenderal Wiranto

Lewat partai Hanura (Hati Nurani Rakyat), Wiranto ikut dalam bursa calon Presiden Indonesia 2014. Sebelumnya Wiranto juga pernah ikut pencalonan. Namun selalu kandas. Kini bersama Hary Tanoesudibjo, sebagai calon wakil presiden ia berharap Keinginannya terwujud. Siapa Wiranto ? Berikut kisah  singkat mengenai sosok Wiranto





Anak Guru SD yang Menjabat Menkopolkam

Dr. H. Wiranto, SH  lahir di Kota Yogyakarta, 4 April 1947. Ayahnya bernama RS Wirowijoto dan ibunya bernama Suwarsijah. Ayahnya seorang guru Sekolah Dasar. Pada usia sebulan, Wiranto dibawa pindah oleh orangtuanya ke Surakarta akibat agresi militer Belanda yang menyerang kota Yogyakarta. Di Surakarta, Wiranto sekolah hingga menamatkan Sekolah Menengah Atas.

Setelah lulus, Wiranto masuk Akademi Militer . Kariernya di militer terbilang sukses. Pada tahun 1987, ia terpilih sebagai Aide De Camp atau Ajudan Presiden Soeharto. Wiranto menjadi ajudan Presiden sampai tahun 1993.





Kemudian karier militernya terus menanjak. Ia menjabat sebagai Kasdam Jaya pada tahun 1993, Pangdam Jaya pada 1994, Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad pada tahun 1996, Kepala Staff TNI  Angkatan Darat (Kasad) pada 1997, dan Panglima Angkatan Bersenjata (Pangab) pada 1998.
Setelah Soeharto lengser, Bj Habibie yang menggantikan Soeharto sebagai Presiden masih mempercayakan tampuk pimpinan TNI kepada Wiranto.
Setelah era BJ Habibie, Wiranto kariernya semakin bersinar. Pada  masa Abdurahman Wahid menjadi Presiden, Wiranto ditunjuk sebagai Menteri Koordinator Politik dan Keamanan (Menkopolkam).  Kemudian ia mengundurkan diri pada tahun 2003.

Kontroversi dan dugaan pelanggaran HAM

Wiranto bersama lima perwira militer lainnya diduga terlibat dalam kejahatan perang di Timor Timur pada tahun 1999 yang menyebabkan 1500 warga Timor Timur tewas.
Namun peradilan Hak Asasi Manusia (HAM) Indonesia menolak untuk menyelidiki perwira dan aparat kepolisian yang dituduh terlibat pelanggaran HAM dalam pembebasan Timor Timur.  Penolakan untuk memejahijaukan itu dianggap melecehkan bukti yang telah ada dan membuat marah Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.
Oleh karena itu Wiranto dan lima perwira lainnya tersebut masuk dalam daftar tersangka penjahat perang dan dilarang masuk ke Amerika.





Friday, 21 March 2014

Janji Prabowo







Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto ikut bursa calon Presiden 2014. Kelak jika ia terpilih, ia akan  memperkuat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk memberantas korupsi yang semakin memprihatinkan.
"Jika nanti saya diberikan kepercayaan oleh rakyat, maka yang paling utama saya lakukan adalah memperkuat KPK dari segala bidang, baik anggaran dan para tenaganya sehingga mampu memberantas korupsi yang sudah merapuhkan bangsa ini," katanya.

Ia juga mempertegas akan memperkuat anggaran KPK sehingga para pegawai tidak terlibat dalam lingkaran korupsi. Tidak hanya KPK yang akan diperkuat, tetapi pertahanan militer juga akan dilakukan perubahan dan melakukan penguatan dalam segala bidang.
Prabowo menilai bahwa Bangsa Indonesia mampu melakukan hal itu karena memiliki kekayaan alam dan dan sumber daya manusia yang handal.
"Mari kita bersama-sama berjuang untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa ini," ujarnya.




Sementara itu  Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad mengapresiasi janji Prabowo untuk memperkuat  KPK dalam memberantas korupsi. "Visi dan misinya bagus. Apalagi, visi dan misi antikorupsinya. Dia orang yang berkomitmen dalam pemberantasan korupsi," kata Abraham.
Prabowo juga  mengakui nama Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Abraham Samad, masuk dalam daftar calon wakil presiden yang akan dipilihnya. "Ya, dia salah satu nama baik yang masuk daftar (cawapres) saya," kata Prabowo.

Namun, kata Prabowo, pendampingnya dalam pemilihan umum presiden 2014 akan ditetapkan seusai pemilihan umum legislatif yang digelar pada 9 April 2014. Saat ini, kata dia, Gerindra masih memfokuskan diri untuk meraup suara sebanyak mungkin. "Target sebanyak-banyaknya, untuk perubahan pemerintahan yang lebih bersih dan amanah." kata Prabowo.


Prabowo Pertanyakan  Jokowi yang Ikut Bursa Capres

Prabowo Subianto mempertanyakan alasan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menggusung Joko Widodo (Jokowi) menjadi calon presiden. Prabowo menilai dengan memilih Jokowi, PDIP  telah melanggar perjanjian Batu Tulis antara  partai Gerindra dengan PDIP yang ditandatangani pada 2009 bersama Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri.

"Kalau Anda manusia, lalu ada di pihak saya, bagaimana? Ya pikirkan saja. Saya tidak mengerti apa salah saya. Saya menghormati beliau," kata Prabowo.

Dalam perjanjian Batu Tulis yang ditandatangani pada 16 Mei 2009 di materai Rp6.000 oleh Megawati Soekarnoputri dengan Prabowo Subianto itu ada 7 poin kesepakatan yang dihasilkan.

Dalam poin ke-7 tersebut tertulis bahwa Megawati Soekarnoputri selaku Ketua Umum PDIP akan mendukung Prabowo Subianto selaku Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra untuk menjadi Calon Presiden pada pemilu 2014.

Perjanjian itu, dikatakan Prabowo, dibuat karena kesamaan visi yang ada antara Gerindra dan PDIP menyangkut kecocokan dalam pandangan kebangsaan dan nasionalisme, sehingga muncul keinginan untuk berjuang bersama.

"Kita merasa demi kebaikan bangsa, ingin teruskan hubungan itu. Tapi, dalam dinamika politik yang terjadi, apa yang kita lihat sekarang? Bagaimana tidak serius, saya kira dua tokoh partai besar kalau buat perjanjian masa nggak serius?" katanya.

Calon wakil presiden mendampingi calon presiden Megawati Soekarnoputri dalam pemilihan umum presiden (Pilpres) RI 2009 itu mengatakan, jika PDIP tak ingin lagi komitmen pada perjanjian itu, maka seharusnya diselesaikan dengan cara bertatap muka.

"Saya tadinya berharap diberitahu. Namanya perjanjian, kalau tidak cocok ya bisa saja," ujarnya.

Meski demikian, Prabowo tetap ingin menjalin dan membangun komunikasi yang baik dengan Megawati untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang bersatu.

"Saya ingin semua kekuatan kebangsaan, nasionalis, religius dan Indonesia bersatu. Itu yang Saya inginkan. Saya menghormati Bu Mega. Saya tidak mengerti ada dinamika apa," demikian Prabowo.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Tjahjo Kumolo mengemukakan, isi perjanjian Batu Tulis otomatis gugur dengan sendirinya karena pasangan Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto gagal menjadi pemenang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009.


"Seandainya ada perjanjian, itupun otomatis gugur dengan sendirinya karena pasangan capres-cawapres, Ibu Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto, tidak mencapai kemenangan pada Pilpres 2009," ujarnya.

Thursday, 20 March 2014

Kontroversi dan Dugaan Pelanggaran HAM



Selain penghargaan, banyak kontroversi dan dugaan pelanggaran HAM yang ditujukan kepada Prabowo saat bertugas di militer. 
Pada tahun 1983, saat Prabowo masih berpangkat Kapten, dirinya diduga pernah mencoba melakukan upaya penculikan sejumlah petinggi militer, termasuk Jendral LB Moerdani. Namun upaya ini kabarnya digagalkan oleh Mayor Luhut Panjaitan, Komandan Den 81/Antiteror. Prabowo sendiri adalah wakil Luhut saat itu. 

Pada tahun 1990-an, Prabowo diduga terkait dengan sejumlah kasus pelanggaran HAM di Timor Timur. Pada tahun 1995, ia diduga menggerakkan pasukan ilegal yang melancarkan aksi teror ke warga sipil. Peristiwa ini membuat Prabowo nyaris baku hantam dengan Komandan Korem Timor Timur saat itu, Kolonel Inf Kiki Sjahnakrie, di kantor Pangdam IX Udayana. 

Sejumlah lembaga internasional menuntut agar kasus ini dituntaskan. Menurut pakar hukum Adnan Buyung Nasution, kasus ini belum selesai secara hukum karena belum pernah diadakan pemeriksaan menurut hukum pidana.

Pada tahun 1997, Prabowo diduga mendalangi penculikan dan penghilangan paksa terhadap sejumlah aktivis pro-Reformasi. Setidaknya 13 orang, termasuk seniman 'Teater Rakyat' Widji Thukul, aktivis Herman Hendrawan, dan Petrus Bima hilang dan belum ditemukan hingga sekarang. Mereka diyakini sudah meninggal. 

Prabowo sendiri mengakui memerintahkan Tim Mawar untuk melakukan penculikan kepada sembilan orang aktivis, diantaranya Haryanto Taslam, Desmond J Mahesa dan Pius Lustrilanang.

Namun demikian, Prabowo Subianto belum diadili atas kasus tersebut walau sebagian anggota Tim Mawar sudah dijebloskan ke penjara. Sebagian korban dan keluarga korban penculikan 1998 juga belum memaafkan Prabowo dan masih terus melanjutkan upaya hukum. Sebagian berupaya menuntut keadilan dengan mengadakan aksi 'diam hitam kamisan', aksi demonstrasi diam di depan Istana Negara setiap hari Kamis. 


Sebagian lagi telah bergabung dengan kepengurusan Partai Gerakan Indonesia Raya, bahkan duduk di DPR RI. Haryanto Taslam yang telah menjadi anggota Dewan Pembina Partai Gerindra, mengatakan "Prabowo sudah minta maaf pada saya. Dia juga mengajak saya bergabung untuk membangun negara ini. Saya adalah korban Prabowo dan Prabowo adalah korban politik saat itu. Dia juga korban. Prabowo hanya merupakan tentara yang mematuhi perintah atasannya. Ide penculikan bukan dari Prabowo. Rezim Orde Baru saat itu pun represif. Jika bukan Prabowo pasti orang lain yang akan diperintah untuk menculik."

Prabowo Subianto juga diduga mendalangi Kerusuhan Mei 1998 berdasar temuan Tim Gabungan Pencari Fakta. Dugaan motifnya adalah untuk mendiskreditkan rivalnya Pangab Wiranto, untuk menyerang etnis minoritas, dan untuk mendapat simpati dan wewenang lebih dari Soeharto bila kelak ia mampu memadamkan kerusuhan. Juga pada Mei 1998, menurut kesaksian BJ Habibie yang kala itu menjabat sebagai Presiden RI dan purnawirawan Sintong Panjaitan, Prabowo melakukan insubordinasi dan berupaya menggerakkan tentara ke Jakarta dan sekitar kediaman Habibie untuk kudeta. 
Karena insubordinasi tersebut, Prabowo diberhentikan dari posisinya sebagai Panglima Kostrad oleh Wiranto atas instruksi Habibie. Masalah utama dari kesaksian Habibie ialah bahwa sebenarnya, pasukan-pasukan yang mengawal rumahnya adalah atas perintah Wiranto, bukan Prabowo. 
Pada briefing komando tanggal 14 Mei 1998, panglima ABRI mengarahkan Kopassus mengawal rumah-rumah presiden dan wakil presiden. Perintah-perintah ini diperkuat secara tertulis pada tanggal 17 Mei 1998 kepada komandan-komandan senior, termasuk Sjafrie Sjamsoeddin, Pangdam Jaya pada waktu itu.

Dalam buku biografinya, Prabowo yakin ia bisa saja melancarkan kudeta pada hari-hari kerusuhan di bulan Mei itu. Tetapi yang penting baginya ia tidak melakukannya.

“Keputusan memecat saya adalah sah,” katanya. “Saya tahu, banyak di antara prajurit saya akan melakukan apa yang saya perintahkan. Tetapi saya tidak mau mereka mati berjuang demi jabatan saya. Saya ingin menunjukkan bahwa saya menempatkan kebaikan bagi negeri saya dan rakyat di atas posisi saya sendiri. Saya adalah seorang prajurit yang setia. Setia kepada negara, setia kepada republik”


Terjun ke Politik dan Kehidupan Pribadi
Prabowo Subianto menikah dengan Titiek yang merupakan anak Presiden Soeharto. Pernikahan Prabowo dengan Titiek berakhir tidak lama setelah Soeharto mundur dari jabatan Presiden Republik Indonesia. Dari pernikahannya dengan Titiek, Prabowo dikaruniai seorang anak, Didiet Prabowo. Didiet tumbuh besar di Boston, AS dan sekarang tinggal di Paris, Perancis sebagai seorang desainer.
Setelah berhenti berkarier dari Dunia Militer, Prabowo Subianto kemudian memulai peruntungannya menjadi seorang Pengusaha mengikuti jejak adiknya yaitu Hashim Djojohadikusumo. 

Karier Prabowo sebagai pengusaha dimulai dengan membeli Perusahaan Kertas yaitu Kiani Kertas, perusahaan pengelola pabrik kertas yang berlokasi di Mangkajang, Kalimantan Timur, yang sebelumnya Kiani Kertas dimiliki oleh Bob Hasan. Kiani Kertas kemudian diganti nama menjadi Kertas Nusantara.
Prabowo memiliki kelompok perusahaan yang diberi nama Nusantara Group dengan 27 perusahaan di dalam dan luar negeri. Usaha-usaha yang dimiliki oleh Prabowo bergerak di bidang perkebunan, tambang, kelapa sawit, dan batu bara.






Setelah sukses menjadi seorang pengusaha, Prabowo  kemudian memulai peruntungan kariernya di bidang politik, Prabowo mencalonkan diri sebagai calon presiden dari Partai Golkar pada Konvesi Capres Golkar 2004. Meski lolos sampai putaran akhir, akhirnya Prabowo kandas di tengah jalan. Ia kalah suara oleh Wiranto. 

Kemudian pada tahun 2009, Prabowo Subianto memulai peruntungannya kembali menjadi Calon Presiden pada pemilu 2009 lewat partai bentukannya, Gerindra. Namun karena perolehan suara Partai Gerindra kurang dari 20%, Prabowo melakukan koalisi dengan maju sebagai calon wakil presiden dan Megawati Soekarnoputri sebagai calon Presiden.
Hasil pemilihan kala itu mengumumkan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono menjadi Presiden dan Wakil Presiden.

Wednesday, 19 March 2014

Kisah Hidup Sang Jenderal Kopasus



Tahun 2014, Prabowo Subianto maju sebagai kandidat calon Presiden Indonesia lewat partai bentukannya, Gerindra (Gerakan Indonesia Raya). Pengusaha, politisi, dan mantan Danjen Kopassus ini sebelumnya pada tahun 2004 dan 2009, namanya masuk dalam kandidat calon Presiden. Siapa Prabowo? Berikut kisah  singkat mengenai sosok Prabowo

Memilih ikut Akmil Ketimbang Kuliah

Letnan Jenderal (Purn) Prabowo Subianto dilahirkan pada tanggal 17 Oktober 1951. Prabowo Subianto merupakan anak dari pakar Ekonomi Indonesia pada zaman Soekarno dan Soeharto  yaitu Prof Soemitro Djojohadikusumo.
Prabowo juga merupakan cucu dari Pendiri Bank Indonesia dan juga anggota BPUPKI untuk kemerdekaan Indonesia yaitu Raden Mas Margono Djojohadikusumo. 

Ia memiliki dua orang kakak perempuan yang bernama Bintianingsih dan Mayrani Ekowati, serta satu orang adik laki-laki yang kini menjadi seorang pengusaha handal yang bernama Hashim Djojohadikusumo. 
Setelah menamatkan setingkat sekolah menengah atas, Prabowo yang mendapat tawaran kuliah di Goerge Wahington University (GWU), menolak dan memilih untuk masuk Akademi Militer.





Seperti dikutip dalam memoar Prabowo, dirinya memilih Akademi Militer ketimbang kuliah di universitas ternama di Amerika adalah karena ingin menjadi pejuang.
"Ayah berikan saya nama Subianto. Seorang pejuang. Saya juga ingin menjadi seorang pejuang. Saya ingin membela negara saya. Jika perlu darah saya untuk merah putih," 
Prabowo mengawali karier militernya pada tahun 1970 dengan mendaftar di Akademi Militer Magelang dan lulus pada tahun 1974 bersamaan dengan Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Republik Indonesia masa jabatan 2004-2009 dan 2009-2014. 

Karier Militer
Pada tahun 1976, Prabowo bertugas sebagai Komandan Pleton Para Komando Grup I Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha) sebagai bagian dari operasi Tim Nanggala di Timor Timur. Saat itu dia berumur 26 tahun dan merupakan komandan termuda dalam operasi Tim Nanggala. Prabowo memimpin misi untuk menangkap Nicolau dos Reis Lobato, wakil ketua Fretilin yang pada saat itu juga menjabat sebagai Perdana Menteri pertama Timor Timur. Dengan tuntunan Antonio Lobato yang merupakan adik Nicolau Lobato, kompi Prabowo menemukan Nicolau Lobato di Maubisse, lima puluh kilometer di selatan Dili. Nicolau Lobato tewas setelah tertembak di perut saat bertempur di lembah Mindelo pada tanggal 31 Desember 1978. 

Pada tahun 1983, Prabowo dipercaya sebagai Wakil Komandan Detasemen 81 Penanggulangan Teroris (Gultor) Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Setelah menyelesaikan pelatihan Special Forces Officer Course di Fort Benning, Amerika Serikat, Prabowo diberi tanggungjawab sebagai Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara.
Salah satu pencapaian Prabowo saat menjadi pimpinan Kopassus adalah Operasi Pembebasan Sandera Mapenduma. Saat itu, 12 peneliti disekap oleh Organisasi Papua Merdeka. 



Pada tanggal 26 April 1997, Tim Nasional Indonesia ke Puncak Everest berhasil mengibarkan bendera merah putih di puncak tertinggi dunia setelah mendaki melalui jalur selatan Nepal. Tim yang terdiri dari anggota Kopassus, Wanadri, FPTI, dan Mapala UI ini diprakarsai oleh Komandan Jendral Kopassus, Mayor Jendral TNI Prabowo Subianto. Ekspedisi dimulai pada tanggal 12 Maret 1997 dari Phakding, Nepal.

Keberhasilan ekspedisi ini menjadikan Indonesia negara pertama dari kawasan tropis, sekaligus juga negara di Asia Tenggara pertama yang mencatat sukses menggapai puncak Everest.
"Waktu itu kita mendengar bahwa Malaysia sudah mencanangkan akan mengibarkan bendera kebangsaan mereka pada tanggal 10 Mei 1997. Saya tidak rela bangsa Indonesia, sebagai bangsa 200 juta jiwa, harus kalah dengan bangsa lain di kawasan kita. Karena mencapai puncak tertinggi di dunia sudah menjadi salah satu tonggak ukuran prestasi suatu bangsa" tulis Prabowo dalam buku 'Di Puncak Himalaya Merah Putih Kukibarkan'. 
Selama di militer, Prabowo meraih banyak penghargaan seperti Penghargaan Bintang Kartika Eka Paksi Nararya, Satyalancana Kesetiaan XVI, Satyalancana Seroja Ulangan–III, Satyalancana Raksaka Dharma, Satyalancana Dwija Sistha, Satyalancana Wira Karya, The First Class The Padin Medal Ops Honor, dan Bintang Yudha Dharma Nararya.

Tuesday, 18 March 2014

Ditinggal Wafat Taufiq Kiemas




Megawati harus tegar menerima kenyataan. Sang suami, Taufiq Kiemas, tutup usia pada Sabtu, 8 Juni 2013. Ketua MPR RI periode 2009-2014 itu wafat di Rumah Sakit Singapore General Hospital karena penyakit jantung yang sudah lama dideritanya.

Kala itu, tak banyak kata-kata yang keluar dari Megawati Soekarnoputri, ia terlihat tegar menghadapi cobaan yang terjadi dalam hidupnya. Selain itu, Puan Maharani dan Mohammad Rizki Pratama yang menemani ibu mereka, juga terlihat tegar, meski raut wajah mereka terlihat sedih atas kepergian ayahanda tercinta.  

Setelah disalatkan di Bandara Halim Perdana Kusuma, jenazah selanjutnya dimakamkan secara militer di Taman Makam Pahlawan Kalibagta, Jakarta , Minggu, 9 Juni 2013. Proses pemakaman dipimpin langsung oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono.



Megawati Umumkan Jokowi Capres dari PDI-P

Kabar mengejutkan datang dari Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.  Ia  menunjuk Joko Widodo  (Jokowi) sebagai calon presiden dari PDI-P menghadapi pemilu 2014.

Menerima mandat, Jokowi mengaku siap maju sebagai calon presiden. Hal itu disampaikan Jokowi di sela-sela blusukan ke Rumah Pitung, Marunda, Jakarta Utara, Jum’at (14/3).

“Dengan mengucap Bismillah, saya siap melaksanakan,” kata Jokowi.

Megawati menuliskan surat perintah harian yang isinya memberikan mandat kepada Jokowi sebagai calon presiden pada pemilu 2014 dengan tulisan tangan. Mandate itu ditulis sekitar pukul 14.45 di hadapan Ketua Badan pemenangan Pemilu (Bapillu) DPP PDI-P Puan maharani dan sekretaris jendral DPP PDI-P Tjahjo Kumolo. Megawati pun meminta seluruh kader PDI-P mendukung pencalonan Jokowi sebagai orang nomer satu di Indonesia.



Sementara itu Puan Maharani mengaku tidak kecewa dengan keputusan Megawati yang memilih Jokowi. Menurut Puan, keputusan politik tak bisa dikaitkan dengan hubungan keluarga.

“Ini urusan parta, bukan urusan anak dan ibu. Tentu ini suatu keputusan yang dicermati dari sisi masa depan bangsa,”

Puan mengungkapkan sebagai Ketua Bappilu akan fokus dengan tugas memenangkan pemilu legislative. Semua kekuatan akan dikerahkan dan menyolidkan mesin politik PDI-P. K etua Fraksi PDI-P di DPR itu juga menyadari akan timbul pro dan kontra  dari keputusan ibunyamenunjuk Jokowi sebagai capres. Namun demikian, ia yakin publik akan memahami keputusan tersebut.

“Konsekuensi pro dan kontra kita harus siap. Ini masalah bangsa ke depan. Kami berharap keputusan ini akan membawa dampak di 9 April,” kata Puan.

Monday, 17 March 2014

Presiden Perempuan Pertama




Megawati pada tahun 1999, diangkat menjadi wakil Presiden RI di bawah pemerintahan Abdurrahman Wahid. Ia menoreh sejarah dengan menjadi wakil presiden wanita pertama di Indonesia. Dua tahun kemudian, ia kembali mencatat sejarah dengan menjadi presiden pertama wanita Indonesia. 

Menjadi Presiden Ke-5

Tepatnya tanggal 23 Juli 2001 anggota MPR secara aklamasi menempatkan Megawati duduk sebagai Presiden RI ke-5 menggantikan KH Abdurrahman Wahid. Megawati menjadi presiden hingga 20 Oktober 2003. 

Setelah habis masa jabatannya, Megawati kembali mencalonkan diri sebagai presiden dalam pemilihan presiden langsung tahun 2004. Namun, Mba Mega gagal untuk kembali menjadi presiden setelah kalah dari Susilo Bambang Yudhoyono yang akhirnya menjadi Presiden RI ke-6.




Masa Kepemimpinan Megawati

Megawati Soekarnoputri hanya dua tahun menjabat sebagai kepala negara. Selama menjadi kepala negara, Mega banyak membuat kebijakan untuk memberikan perubahan pada negara Republik Indonesia melalui langkah pemulihan ekonomi dan penegakan hukum. Berikut beberapa kinerja Megawati.


1. Mendirikan Lembaga pemberantas korupsi KPK pada tahun 2003. Alasan  Megawati mendirikan KPK karena melihat  institusi Jaksa & Polri saat itu terlalu kotor, sehingga untuk menangkap koruptor dinilai tak mampu, namun jaksa dan Polri sulit dibubarkan, sehingga dibentuk lah KPK.

2. Menghentikan aktivitas pertambangan Freeport di Papua karena dianggap melanggar aturan Internasional tentang AMDAL (dampak lingkungan). 

3. Menghentikan kontrak pertambangan minyak Caltex di Blok Natuna Kepri. 

4. Menghentikan kontrak pertambangan Migas Caltex di Riau daratan.

5. Menangkap 17 jenderal korup (termasuk jenderal ketua PBSI) yang dicokok langsung saat Thomas Cup di Singapura, dan menangkap Ketua Partai Golkar Akbar Tanjung yang terlibat korupsi dana JPS senilai Rp40 milyar. Dampaknya, pada pemilu berikutnya Megawati dijegal Black Campaign buatan Golkar sebagai balas dendam dari para jenderal & partai Golkar.


6. Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi
dan menekan nilai inflasi, Megawati membubarkan BUMN terkorup pada masa itu yaitu Indosat karena merugikan negara puluhan Trilyun & banyak praktek ilegal di Indosat. Asset dari pembubaran BUMN korup Indosat kemudian dipakai untuk membayar hutang negara yang saat itu jatuh tempo. Kemudian sebagai ganti Indosat dibuat lembaga yang lain yaitu Satelindo. Hasil penjualan itu berhasil menaikan pertumbuhan ekonomi indonesia menjadi 4,1% dan inflansi hanya 5,06%. Privatisasi adalah menjual perusahaan negara didalam periode krisis. Tujuannya adalah melindungi perusahaan negara dari interversi kekuatan-kekuatan politik dan melunasi pembayaran utang luar negri.


7. Era kepemimpinan soeharto telah mewarisi utang luar negri (pemerintah dan swasta) sebesar US$150,80 miliar. Kebijakan Megawati dalam mengatasi masalah ini adalah meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$5,8 miliar pada pertemuan paris club ke-3 tanggal 12 april 2002. pada tahun 2003, pemerintah mengakolasikan pembayaran utang luar negri sebesar Rp116,3 triliun. Melalui kebijakannya tersebut utang luar negri indonesia berkurang menjadi US$134.66 miliar.

8. Krisis ekonomi yang melanda indonesia sejak tahun 1997 mengakibatkan kemerosotan pendapatan perkapita. Pada tahun 1997 pendapatan perkapita indonesia tinggal US$465. melalui kebijakan pemulihan keamanan situasi indonesia menjadi tenang. Presiden megawati berhasil menaikan pendapatan perkapita cukup signifikan yaitu sekitar US$930.

9. Megawati membawa Indonesia berhasil keluar dari IMF pada tahun 2003 yang menandakan Indonesia sudah keluar dari krisis 1998 dan Indonesia yang lebih mandiri. Berani menghentikan hutang baru. (Zero hutang / tidak meminjam selama kepemimpinannya).

10. Menangkap 21 pengemplang BLBI antara lain : David Nusa Wijaya, Hendrawan, Atang Latief, Uung Bursa, Prayogo Pangestu, Syamsul Nursalim, Hendra Rahardja, Sudwikatmono, Abdul Latief, dsb… (BLBI dikucurkan oleh Suharto tahun 1996 sebesar 600 Trilyun).

11. Mega mengeluarkan Keppres no 34 Tahun 2004 tentang penertiban bisnis TNI. Dimana aparat TNI sering dipakai untuk memback-up ilegal logging & kejahatan lainnya ditindak tegas dengan pemecatan ditambah kurungan penjara.

12. Mendirikan Akademi Intelijen yang pertama di Indonesia.

13. Melakukan pembangunan infrastruktur yang vital setelah pembangunan berhenti sejak 1998. Diantaranya Tol Cipularang (Cikampek-Bandung) sekaligus dalam rangka peringatan KAA, Jembatan Surabaya Madura (Suramadu), Tol Cikunir, Rel ganda kereta api. Dimulainya membenahi sistem transportasi dengan Busway di Jakarta. (selanjutnya Jembatan Suramadu rampung pembangunannya setelah Mega selesai menjabat).

14. Mengembalikan proporsi pendapatan Gas Arun sebagian besar kepada rakyat Aceh dengan status daerah Otonomi Khusus dan menangkap petinggi GAM dan anggota GAM yang bersenjata dan yang sering melakukan pembakaran dan penarikan pajak tidak sah, dengan melibatkan wartawan dan jurnalis untuk pengecekan pelanggaran HAM. Berhasil membebaskan turis yang disandera GAM. Sepertinya ibu Megawati sudah lama memikirkan Aceh, dan pidato Ibu Presiden Cut Nyak Megawati di Aceh menggelegar di siang bolong membangunkan dan memberikan harapan bagi rakyat Aceh.

15. Paling Banyak Undang-Undang yang telah disahkan (sekitar 40 UU dan 20 Keppres) dalam waktu 3 tahun untuk memberikan kondisi kondusif bagi legislatif menjalankan fungsinya.

16. Penghargaan Internasional sebagai Top 8 most powerful women in the world dan artikel majalah Time sebagai the princess who settled for the precidency.

Saturday, 15 March 2014

Perjalanan Hidup Megawati Soekarno Putri





Megawati Soekarnoputri merupakan salah satu wanita hebat yang dimiliki Indonesia. Ia menjadi wanita pertama yang menjadi presiden Republik Indonesia. Berikut kisahnya

Kehidupan Rumah Tangga 

Bernama Lengkap Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri atau akrab disapa Megawati Soekarnoputri lahir di Yogyakarta, 23 Januari 1947.  Megawati adalah putri sulung dari Presiden RI Soekarno dari pernikahannya dengan Fatmawati.

Kehidupan masa kecil Megawati dilewatkan di Istana Negara. Sebagai anak gadis, Megawati mempunyai hobi menari dan sering ditunjukkan di hadapan tamu-tamu negara yang berkunjung ke Istana.

Megawati  memulai pendidikannya, dari SD hingga SMA di Perguruan Cikini, Jakarta. Sementara, ia pernah belajar di dua Universitas, yaitu Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Bandung (1965-1967) dan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (1970-1972). 

Dalam usia muda, Megawati menikah dengan pilot Letnan Satu Penerbang TNI AU, Surendro Supjarso dan dikaruniai dua anak lelaki bernama Mohammad Prananda dan Mohammad Rizki Pratama.

Surindro adalah sahabat karib Guntur Soekarnoputra, kakak Megawati. Konon kabarnya, Gunturlah yang menjodohkan Mega dengan Surindro. Mereka menikah pada hari Sabtu, tanggal 1 Juni 1968 bertempat di Jalan Sriwijaya Nomor 7, Kebayoran Baru, Jakarta. 




Setelah itu, Megawati lalu mengikuti suaminya, Surindro, tinggal di Madiun, Jawa Timur. Di sana ia menjadi ibu rumah tangga dan mengurus anak pertamanya, Mohammad Rizki Pratama. Ketika Mega sedang mengandung anak keduanya (Mohammad Prananda), Surindro mengalami kecelakaan pesawat yang merenggut nyawanya. 

Pesawat Skyvan T-701 yang dikendalikannya terempas di laut sekitar perairan pulau Biak, Irian Jaya, pada tanggal 22 Januari 1970. 
Suami Mega beserta tujuh orang awak pesawatnya, hilang tak diketahui rimbanya dan hanya tersisa serpihan puing-puing tubuh pesawat yang ditemukan tersebar berserakan di laut sekitar perairan tersebut. Mega dirundung duka yang mendalam, ia pun berkabung cukup lama.

Selang beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1972, waktu itu usia Megawati masih baru menginjak awal dua puluhan dengan mempunyai dua orang anak yang masih balita, ia lalu kembali merajut kasih asmara dengan seorang pria yang konon adalah pengusaha asal Mesir, yang juga seorang Diplomat Mesir yang kala itu sedang bertugas di Jakarta, yang bernama Hassan Gamal Ahmad Hasan. 

Namun, pernikahan Mega yang kedua kali ini tak berlangsung lama, hanya bertahan tiga bulan. Dari pernikahan dengan suami keduanya, Megawati tidak dikaruniai anak.

Satu tahun setelah kejadian itu, Megawati menikah dengan  Moh. Taufiq Kiemas, tepatnya pada akhir Maret 1973. Pernikahannya itu awet, sampai ajal menjemput Taufiq. Taufiq Kiemas meninggal pada 8 Juni 2013.  Dari pernikahannya dengan Taufiq, Mega memiliki putri bernama Puan Maharani. 

Taufiq Kiemas merupakan rekan Megawati sesama aktivis di Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), yang juga menjadi salah seorang penggerak Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Suami ketiga Mega, Taufiq Kiemas, selain aktif di GMNI, ia juga bergabung dengan "Inti Pembina Jiwa Revolusi", yaitu suatu organisasi yang menegakkan ajaran "Soekarno". Taufiq Kiemas, yang oleh Guntur, kakak Megawati  diberi julukan "si Bule".


Karier Politik

Mbak Mega -- panggilan akrab para pendukungnya -- terjun ke politik pada tahun 1986 dengan menjadi wakil ketua PDI cabang Jakarta Pusat.  Meskipun masuknya Megawati ke kancah politik, berarti beliau telah mengingkari kesepakatan keluarganya untuk tidak terjun ke dunia politik. Trauma politik keluarga itu ditabraknya.

Megawati tampil menjadi primadona dalam kampanye PDI, walau tergolong tidak banyak bicara. Ternyata memang berhasil. Suara untuk PDI naik. Dan beliau pun terpilih menjadi anggota DPR/MPR pada tahun 1987. 

Kehadiran Mega di gedung DPR/MPR sepertinya tidak terasa. Selain sifatnya yang pendiam, Megawati memilih untuk tidak menonjol mengingat kondisi politik saat itu. Mega lebih banyak melakukan lobi-lobi politik di luar gedung wakil rakyat tersebut.

Lobi politiknya, yang silent operation, itu secara langsung atau tidak langsung, telah memunculkan terbitnya bintang Mega dalam dunia politik. Pada tahun 1993 dia terpilih menjadi Ketua Umum DPP PDI. Hal ini sangat mengagetkan pemerintah pada saat itu.

Ketika itu, Konggres PDI di Medan berakhir tanpa menghasilkan keputusan apa-apa. Pemerintah mendukung Budi Hardjono menggantikan Soerjadi. Lantas, dilanjutkan dengan menyelenggarakan Kongres Luar Biasa di Surabaya. Pada kongres ini, nama Mega muncul dan secara telak mengungguli Budi Hardjono, kandidat yang didukung oleh pemerintah itu. Mega terpilih sebagai Ketua Umum PDI. Kemudian status Mega sebagai Ketua Umum PDI dikuatkan lagi oleh Musyawarah Nasional PDI di Jakarta.




Namun pemerintah menolak dan menganggapnya tidak sah. Karena itu, dalam perjalanan berikutnya, pemerintah mendukung kekuatan mendongkel Mega sebagai Ketua Umum PDI. Fatimah Ahmad cs,
atas dukungan pemerintah, menyelenggarakan Kongres PDI di Medan pada tahun 1996, untuk menaikkan kembali Soerjadi. Tetapi Mega tidak mudah ditaklukkan. Karena Mega dengan tegas menyatakan tidak mengakui Kongres Medan. Mega teguh menyatakan dirinya sebagai Ketua Umum PDI yang sah. Kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro, sebagai simbol keberadaan DPP yang sah, dikuasai oleh pihak Mega. Para pendukung Mega tidak mau surut satu langkah pun. Mereka tetap berusaha mempertahankan kantor itu.


Soerjadi yang didukung pemerintah pun memberi ancaman akan merebut secara paksa kantor DPP PDI itu. Ancaman itu kemudian menjadi kenyataan. Pagi, tanggal 27 Juli 1996 kelompok Soerjadi benar-benar merebut kantor DPP PDI dari pendukung Mega. Namun, hal itu tidak menyurutkan langkah Mega. Malah, dia makin memantap langkah mengibarkan perlawanan. Tekanan politik yang amat telanjang terhadap Mega itu, menundang empati dan simpati dari masyarakat luas.

Mega terus berjuang. PDI pun menjadi dua. Yakni, PDI pimpinan Megawati dan PDI pimpinan Soerjadi. Massa PDI lebih berpihak dan mengakui Mega. Tetapi, pemerintah mengakui Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI yang sah. Akibatnya, PDI pimpinan Mega tidak bisa ikut Pemilu 1997. 

Setelah rezim Orde Baru tumbang, PDI Mega berubah nama menjadi PDI Perjuangan. Partai politik berlambang banteng gemuk dan bermulut putih itu berhasil memenangkan Pemilu 1999 dengan meraih lebih tiga puluh persen suara. Kemenangan PDIP itu menempatkan Mega pada posisi paling patut menjadi presiden dibanding kader partai lainnya. Tetapi ternyata pada SU-MPR 1999, Mega kalah.