Tuesday 26 November 2013

Menuju Pelaminan

Menuju Pelaminan


Tiga Tahun merajut asmara, dirasa cukup pasangan Teuku Wisnu-Shireen Sungkar. Mereka yang sudah sama-sama mapan pun ingin menuju pelaminan. 




Ketetapan Hati

Tahun 2012, Teuku Wisnu dan Shireen Sungkar sudah memiliki angan untuk menikah. Keduanya sudah tak mau berlama-lama lagi pacaran. Bahkan, Wisnu dan Shireen kerap berbincang mengenai konsep pernikahan.

"Kami kalau datang ke pernikahan teman, paling suka ngeliatin konsepnya," kata Wisnu.

"Kalau aku sama Wisnu pengennya menikah yang sederhana, enggak yang mewah-mewah banget. Yang penting teman-teman dan saudara bisa datang semua," timpal Shireen.

Namun sebelum naik pelaminan, baik Wisnu dan Shireen ingin terlebih dahulu memantapkan hati dengan banyak berdoa kepada sang khalik.

"Lagi memantapkan hati saja. Doakan mudah-mudahan lancar semuanya, kita juga enggak mau lama-lama," kata Wisnu diamini Shireen.

Sambil menunggu ketetapan hati itu, sebagai seorang pria, Wisnu mengaku giat mengumpulkan uang untuk biaya pernikahannya. Selain mencari penghasilan dari akting, Wisnu juga getol mencari uang tambahan dengan membuka usaha restoran dan usaha lainnya. "Nabung terus buat nikah," kata Wisnu.


Melamar 


Akhirnya ketetapan hati untuk menikah tiba. Wisnu mantap untuk menikahi Shireen. Wisnu pun memberanikan diri mengajak orangtuanya untuk melamar sang kekasih.

Pada 17 Agustus 2013, saat seantero nusantara merayakan hari kemerdakaan Republik Indonesia, Teuku Wisnu melakukan prosesi lamaran di kediaman Kakek Shireen di Tanjung Priok, Jakarta Utara. 

Saat lamaran, iring-iringan rombongan keluarga Wisnu yang terdiri dari belasan mobil datang dikawal polisi. dalam lamaran itu Shireen mendapat kado spesial dari calon ibu mertuanya, berupa sebuah kalung berlian. "Ini hadiahnya dari mamanya Wisnu, saya gak pernah minta ini, surprise saja, saya senang," kata Shireen 

Wisnu membenarkan kalung tersebut bukan Shireen yang meminta, tetapi murni hadiah dari sang ibunda. "Itu hadiah dari orangtua saya, spesial buat Shireen," kata Wisnu.

Sebelumnya Wisnu sudah melamar Shireen secara sederhana pada Desember 2012. Kala itu hanya Wisnu dan orangtuanya yang datang menemui orangtua Shireen. "Wisnu sudah melamar Shireen sebelumnya, dan sudah saya terima. Ini hanya melanjutkan proses adat," kata ayah Shireen Sungkar, Mark Sungkar.

Dalam proses lamaran ditentukan tanggal pernikahan pada 17 November 2013.  

Cari Baju Pengantin

Berbagai persiapan untuk pernikahan dilakukan Teuku Wisnu dan Shirren. Salah satunya adalah baju pengantin. Baik Wisnu dan Shireen mempercayakan perancang Amin Brutus untuk busana pengantin mereka.

Koh Amin, biasa Amin Brutus disapa mendapat pesanan dua set dua set baju pengantin Wisnu. Ia pun berkolaborasi dengan Intan Avantie, anak dari Anne Avanti untuk gaun pernikahan Shireen.

"Kami selalu kasih ide, ini-itu buat busana mereka. Soalnya, harus serasi busana yang dipakai, jangan yang perempuan pakai model ini, yang lakinya model ini. jadi enggak matching nanti," kata koh Amin.

Dua set baju pengantin itu, satu busana Aceh untuk akad nikah dan satu lagi busana bergaya internasional dimana Wisnu mengenakan jas dan Shireen mengenakan kebaya.

"Adat Aceh itu permintaan saya. Alhamdulillah Shireen berbaik hati mengabulkan," kata Wisnu.


Sebelum Melepas Lajang




Jelang hari pernikahan, Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu menjalani prosesi pingitan. Selama beberapa hari, mereka tidak boleh saling bertemu satu sama lain sampai digelarnya akad nikah.

Dalam masa pingitan itu, pada Jum'at 15 November 2013 Shireen Sungkar menggelar pesta bernuansa Arab untuk melepas masa lajangnya. Acara yang diadakan di rumah Shireen di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan itu dihiasi tenda bernuansa emas dan merah marun. 

Acara itu berlangsung tertutup khusus wanita dan hanya dihadiri teman-teman dekat dan keluarga besar Shireen yang mayoritas keturunan Arab. 

Dalam pesta yang yang melakukan tari-tarian dan nyanyian itu, Shireen berdandan ala wanita Arab. Tangannya dilukis dengan Heena. 

"Malam Pacar ini disebut juga malam Bainai, yaitu  malam pelepasan gadis, sebelum menikah kumpul-kumpul dulu sambil senang-senang dengerin musik gambus," kata Fanny Bauty, ibunda Shireen.

Bainai secara harfiah adalah melekatkan tumbukan daun pacar merah yang dalam istilah Sumatera Barat disebut daun inai ke lengan dan jari calon pengantin perempuan. 

"Malam ini cuma silaturahmi saja. Kebetulan keluarga bapaknya, ya, berasal dari Arab. Keluarga yang tua kasih 'pacar' ke tangan Shireen. Setelah itu dengar musik gambus sambil joget-joget, deh, sama keluarga besar," kata Fanny. Dalam acara ini Shireen juga menari dan bernyanyi lagu-lagu Timur Tengah.

Sementara itu, Wisnu mengakui jika prosesi pingitan adalah hal yang cukup berat, karena biasanya hampir setiap hari ia dan Shireen menghabiskan waktu berdua. 

"Kami hanya komunikasi lewat handphone saja, tapi tak ketemu. Waktu itu aku pikir kalau lagi dipingit tak boleh dengar suaranya, dan berkomunikasi, tapi ternyata boleh. Hanya dilarang bertemu saja," kata Wisnu.

No comments:

Post a Comment